TELEVISI SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TELEVISI SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MAKALAH
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengantar Media PAI
Dosen Pengampu: Drs.
Sukiman M.Pd.
Oleh
kelompok X :
Galih Latiano (V PAI A / 10411011)
Pegas Sunja Dewi (V PAI A / 10411013)
Umi Uswatul Khasanah (V PAI A / 10411015)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
Kata
Pengantar
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah
SWT yang memberikan kenikmatan iman, Islam dan taqwa dan yang telah memberikan
mukjizat al-Qur’an kepada Muhammad SAW agar senantiasa manusia dapat berpikir
menggunkan akal dan berdasarkan kepada firman-Nya.
Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina
Muhammad SAW. Sholawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan keharibaan
Baginda Rasul, keluarga dan para sahabat serta tabi’in. Rasul yang telah
membebaskan umat manusia dari kebodohan akal dan spiritual, semoga kita
mendapatkan pertolongannya. Amin.
Dengan berbekal pengetahuan yang
penulis miliki dari berbagai sumber pustaka serta dari dosen pengampu mata
kuliah Pengantar Media PAI Drs. Sukiman
M.Ag., penulis telah menyelesaikan Tugas Makalah dengan Judul: Televisi Sebagai Media Pendidikan Agama
Islam.
Dengan segala kerendahan hati, penulis
sadar bahwa makalah ini begitu banyak kekurangan, oleh karena itu Penulis
membuka diri sepenuh hati untuk saran dan kritiknya.
Demikian pengantar dari Penulis sebagai
pembuka untuk mengkaji dan memahami secara lebih dalam isi makalah ini. Semoga
apa yang penulis lakukan menjadi amal yang bermanfaat. Amin ya Rabb.
Yogyakarta,
20 September 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan dan Kegunaan
BAB
II : PEMBAHASAN
A. Pengertian
Televisi Pendidikan
B. Klasifikasi Sistem
Siaran Pendidikan
C.
Belajar di Kelas
Melalui Televisi
D. Kelebihan dan Kelemahan Televisi
Sebagai Media Pendidikan
E. Dampak
Acara Televisi Terhadap Peserta Didik
F.
Peranan Orang Tua dan Guru Dalam
Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi
G.
Contoh Acara Televisi
Dalam Penerapan Pendidikan Agama Islam
BAB V :
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Televisi memainkan peranan begitu besar dalam pertumbuhan
anak-anak kita, dan orangtualah yang pertama dan terutama yang membentuk nilai
anak-anak. Orang tua perlu berfikir keras mengenai pengaruh televisi pada
anak-anak dan cucu-cucu kita di masa mendatang. (Fred Rogers)
Kita harus mengakui bahwa televisi
memegang peranan yang begitu besar dalam perkembangan anak-anak. Sikap anak
tehadap televisi, jumlah jam yang mereka habiskan untuk menonton televisi,
jenis acara yang ditonton, serta alasan yang mendorong mereka untuk menonton televisi,
semuanya sangat mempengaruhi perkembangan pada anak-anak. Meskipun begitu kita
tidak bisa mengatakan bahwa televisi memegang peranan yang cukup dominan dalam
hal ini karena masalah yang paling mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan
si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang ia tonton dan
bagaimana peran orangtua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk
sedapat mungkin membantu kegiatan belajar mereka.[1]
Pendidikan masyarakat yang makin baik
diharapkan menangkal masuknya unsur-unsur negative dari acara yang disajikan
media televisi.[2]
Karena tidak bisa dipungkiri keberadaan media televisi dalam beberapa dasawarsa
terakhir ini semakin menarik perhatian masyarakat sehingga dari apa yang
tersaji di dalamnya tentu saja membawa dampak positif sekaligus negative bagi
penontonnya terutama anak-anak. Televisi juga merupakan salah satu media dalam
pembelajaran pendidikan agama islam yang sangat efektif. Hal ini tidak terlepas
dari kekuatan media televisi dalam mempengaruhi penontonnya terutama anak-anak
dalam menanamkan nilai-nilai dan moral melalui program-program yang disiarkan
di dalamnya.
Dibandingkan dengan media lainnya
seperti media radio, surat kabar, bahkan internet yang hadir dengan berbagai
kelebihannya, televisi masih mendominasi media-medaia tersebut sebagai media
pembelajaran pada anak-anak karena mempunyai sejumlah kelebihan yang tidak bisa
diberikan oleh media lainnya. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengangkat
tema televisi sebagai media pendidikan agama islam pada anak.
B.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dan klasifikasi
sistem siaran televisi pendidikan?
2. Jelaskan peranan televisi sebagai media
pendidikan?
3. Jelaskan kelebihan dan kelemahan televisi
sebagai media pendidikan?
4. Jelaskan dampak acara televisi terhadap
anak?
5. Jelaskan peranan orangtua dan guru dalam
mengatasi dampak tersebut?
C.
Tujuan dan Kegunaan
1. Mengetahui pengertian dan klasifikasi
sistem siaran televisi pendidikan.
2. Mengetahui peranan televisi sebagai
media pendidikan.
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan televisi
sebagai media pendidikan.
4. Mengetahui dampak acara televisi
terhadap anak
5. Mengatahui peranan orangtua dan guru dalam
mengatasi dampak tersebut
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Televisi Pendidikan
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang
berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang
monokrom (hitam putih) maupun berwarna. Kata televisi merupakan gabungan dari
kata tele (jauh) dari bahasa Yunani
dan visio (penglihatan) dari bahasa
Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai alat komunikasi jarak jauh
yang menggunakan media visual/penglihatan.[3]
Televisi adalah system elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup
bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya
dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam
cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar (Azhar Arsyad,
2003:50).[4]
Ada dua jenis pengiriman (penyiaran) gambar dan suara, yaitu
penyiaran langsung kejadian atau peristiwa yang kita saksikan sementara ia
terjadi dan penyiaran program yang telah direkam di atas pita film atau pita
video atau penyimpanan digital. Ketika kita menyaksikan siaran peristiwa disatu
tempat, kita seakan-akan mengamati dan menjalani pengalaman kehidupan nyata.
Kita dapat mendengar dan melihat bahkan merasakannya.
Sebagai media komunikasi massa televisi merupakan sarana
yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya
begitu banyak secara simulatan. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni
meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, stasiun televisi menyiarkan
acara-acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika,
elektronika, dan lain-lain.
Televisi Pendidikan adalah penggunaan program video yang
direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang
menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak sekadar menghibur tetapi yang lebih
penting adalah mendidik. Oleh karena itu, ia memiliki ciri-ciri tersendiri,
antara lain yaitu:[5]
1. Dituntun oleh
instruktur, yakni seorang guru atau instruktur
menuntun peserta didik melalui pengalaman-pengalaman visual.
2. Sistematis,
yakni siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan pengalaman
belajar yang terencana.
3. Teratur dan berurutan,
yakni siaran disajikan dengan selang waktu yang beraturan secara berurutan di
mana satu siaran dibangun atau mendasari
siaran lainnya.
4. Terpadu,
yakni siaran berkaitan dengan pengalamn belajar lainnya seperti latihan,
membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan pemecahan masalah
(Azhar Arsyad, 2003:51).
Pemanfaatan
media televisi secara umum melibatkan dua unsur yaitu peralatan dan programnya.
Peralatan televisi atau biasa dikenal dengan istilah pesawat televisi telah
berkembang sedemikian rupa dari waktu ke waktu, demikian juga program atau
siarannya.
B.
Klasifikasi Sistem Siaran Pendidikan
Menurut Darwanto (2007:130-134),
acara siaran pendidikan yang disiarkan melalui televisi, ada dua klasifikasi,
yaitu siaran pendidikan sekolah (school
broadcasting) dan siaran pendidikan sepanjang masa.
1. Siaran
pendidikan sekolah (school broadcasting)[6]
Yang
menjadi sasaran acara ini adalah para murid sekolah, dari tingkat taman
kanak-kanak sampai dengan para mahasiswa di perguruan tinggi. Siarannya
langsung dikirim ke sekolah-sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian, acara
siaran pendidikan jenis ini erat sekali hubungannya dengan kurikulum sekolah
yang berlaku pada tahun ajaran itu. Ini berarti bahwa stasiun penyiaran yang
bersangkutan melakukan kerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional.
Diharapkan
dari siaran pendidikan untuk sekolah ini tentu saja disesuaikan dengan landasan
dan tujuan pendidikan dari negara yang bersangkutan. Karena acara siaran
pendidikan untuk sekolah mengacu kepada kurikulum, tentu akan memberikan
pengaruh secara langsung kepada anak-anak tentang:[7]
a)
Menimbulkan keinginan
kepada anak-anak untuk mencoba menggali pengetahuan sesuai dengan pola pikir mereka.
b)
Membantu anak-anak
atas suatu pengertian yang sebelumnya belum pernah dialami.
c)
Mengrangsang untuk
menumbuhkan hasrat dan menggali hubungan antara keegiatan belajar dengan
keadaan sekitarnya.
d)
Merangsang anak-anak
untuk berkeinginan menjadi seorang cendekiawan.
2. Siaran
pendidikan sepanjang masa (life long
education)
Berbeda
dengan siaran pendidikan yang berlandaskan kurikulum sekolah, acara
pendidikan yang termasuk dalam
klasifikasi ini dilandasi oleh nilai-nilai pendidikan saja dan yang menjadi
sasarannya khalayak umum. Hanya saja khalayak dibagi menurut tingkatan
tertentu, misalnya : usia, jenis kelamin, agama, agama, pendidikan dan
sebagainya.
Tujuan
yang ingin dicapai melalui acara ini adalah, untuk mendorong khalayak sasaran,
agar berkeinginan untuk terus belajar dalam ruang lingkup yang lebih luas
tentang berbagai aspek sosial, seni, sastra, home economic dan hobi. Acara
siaran pendidikan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a)
Mempunyai sasaran
khalayak yang khusus/ terbatas.
b)
Tujuan umum acara
sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional, untuk Iindonesia tentu saja harus
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
c)
Penyiarannya
dilaksanakan secara sistematis dan berseri.
C.
Belajar
di Kelas Melalui Televisi
Ruang
kelas yang menggunakan televisi sebagai media pendidikan, biasanya menampung
sejumlah 40-50 orang murid. Pada jumlah murid sebanyak itu, masih mungkin
mengamati acara televisi dengan baik. Ini berarti tidak akan mengganggu dalam
proses belajar mengajar. Apabila anak-anak belajar melalui televisi mereka
tidak hanya mengamati acaranya dengan tenang, melainkan mereka juga
memerhatikan perubahan-perubahan gambar yang terjadi. Demikian pula mereka
memerhatikan susunan kata-kata dan teks yang ada.
Kegiatan
belajar melalui media penyiaran ini, oleh Yoichi Nishimoto disebut sebagai “Broadcasting Learning Activitis”
(Darwanto, 2007: 136). Ketika belajar melalui media penyiaran ini, anak-anak
dituntut mampu berkosentrasi dengan penuh selama acara berlangsung. Hal
ini sesuai dengan sifat media penyiaran itu sendiri, dan daya kemampuan
berkosentrasi ini erat hubungannya dengan kemampuan untuk mengerti dan
kemampuan untuk mereproduksi apa yang telah diamatinya. Ini berarti bahwa
anak-anak dituntut untuk mampu mengantisipasi isi pesan yang ada dalam acara
tersebut.
Menurut
Cece Wijaya, dkk. (1992: 149), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
penggunaan dalam penggunaan televisi untuk kelas adalah:[8]
1. Teknik pemilihan
Pemilihan
siaran televisi yang sesuai untuk pembelajaran adalah semacam proses evaluasi
dan pemilihan film suara. Seperti dalam memilih setiap media pengajaran
audiovisual, pertanyaan dasar adalah apakah televisi dapat membantu menciptakan
situasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan media sebelumnya? Masalah
yang unik bagi guru dalam menilai dan memilih siaran adalah ketidakmungkinan
mengadakan preview. Oleh karena itu, pertimbangan harus didasarkan atas
kemampuan program menyumbangkan pengalaman. Reputasi sponsor atau produser
tingkat ahli, atau peraga yang ada dalam siaran, memperhatikan pengelolaan
siaran membantu guru dalam menentukan siaran apa yang mesti disiarkan saat ini dan
yang bisa diproduksi untuk nanti. Pertimbangan yang sama untuk validitas
kurikulum dan pemilihan perangkat audivisual adalah :
a)
Tingkat usia kelompok
yang memirsa.
b)
Isi siaran yang lebih
mudah dipahami. Apakah program memuat suplemen yang panjang?
Akhirnya
kualitas siaran itu sendiri harus dievaluasi sebagai contoh, apakah kualitas
program cukup tinggi. Di sini harus memiliki keahlian dalam menilai kualitas
perangkat pengajaran.
2. Kebijaksanaan
penggunaan televisi
Kebijaksanaan
penggunaan televisi untuk kelas merupakan salah satu tanggung jawab guru.
Demikian juga dalam perencanaan siaran di kelas. Sebelum siaran, guru harus
memberikan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatkan minat siswa. Para siswa
akan bertanya-tanya, membahas program, dan ingin mengetahui tujuan menyaksikan
siaran tersebut. Mereka akan segera mempersiapkan diri untuk mengikuti program
TV. Kesulitan besar guru dalam merencanakan penggunaan program televisi adalah
ketudaktahuan secara pasti terhadap isi program.
D.
Kelebihan dan Kelemahan Televisi Sebagai
Media Pendidikan
Sebagai
media pembelajaran, televisi memiliki beberapa kelebihan dalam menyampaikan
pesan dan juga mempunyai kelemahan. Di antara kelebihan media televisi adalah
seperti berikut.[9]
1. Televisi
dapat memancarkan berbagai jenis bahan audio-visual termasuk gambar diam, film,
objek, spesimen dan drama.
2. Televisi
bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi peserta didik.
3. Televisi
dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas-kelas, seperti orang,
tempat-tempat dan peristiwa, melalui penyiaran langsung atau rekaman.
4. Televisi
dapat memberikan kepada peserta didik peluang untuk melihat dan mendengar diri
sendiri.
5. Televisi
dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh peserta didik dengan
usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.
6. Televisi
dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada dunia nyata;
misalnya ekspresi wajah, dental operation, dan lain-lain.
7. Televisi
dapat menghemat waktu guru dan peserta didik, misalnya dengan merekam siaran
pelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika diperlukan tanpa harus
melakukan proses itu kembali. Disamping itu, televisi merupakan cara yang
ekonomis untuk menjangkau sejumlah besar peserta didik pada lokasi yang
berbeda-berbeda untuk penyajian yang bersamaan.
Adapun kelemahan yang dimiliki
media televisi adalah sebagai berikut:[10]
1. Televisi
hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah.
2. Televisi
pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan untuk memahami
pesan-pesannya sesuai dengan kemampuan individual peserta didik.
3. Guru
tidak memiliki kesempatan untuk merevisi film sebelum disiarkan.
4. Layar
pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit bagi semua
peserta didik untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan.
5. Kekhawatiran
muncul bahwa peserta didik tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru, dan
peserta didik bisa jadi bersikap pasif selama penayangan.
Kelebihan Televisi dari
media massa lainnya ialah kemampuan menyajiakan berbagai kebutuhan manusia,
baik hiburan, informasi, maupun pendidikan dengan sangat memuaskan. Penonton TV
tak perlu bersusah-susah pergi kegedung bioskop atau gedung sandiwara karena
pesawat TV menyajikan di rumahnya. Ia tak perlu pergi ke Amerika untuk menonton
Mohammad Ali bertanding, atau pergi kesenanyan untuk menonton kebolehan Liem
Swie King, sebab peristiwa- peristiwa seperti itu dapat dinikmati dirumah
sambil berleha-leha.[11]
E.
Dampak
Media Televisi Terhadap Peserta Didik
Kehadiran media TV dalam kehidupan
modern ini sudah begitu memasyarakat, bahkan TV sudah menjadi kebutuhan
tersendiri bagi setiap orang. Hampir setiap rumah tangga telah memiliki pesawat
TV, dan tidak jarang satu rumah tangga memiliki lebih dari satu pesawa TV. Televisi
dapat menjadi guru bertombol, ditambah
jika televisi dapat memberikan tampilan acara-acara yang bersifat edukatif Program televisi yang bersifat pendidikan,
misalnya “si bolang” yang dapat meningkatkan pengetahuan umum, dan “jika aku
menjadi” yang mengandung nilai-nilai sosial. Program tersebut dikemas dengan
menarik walaupun nuansa pendidikannya tetap ada. Televisi merupakan sumber
belajar yang sangat efektif untuk meningkatkan perilaku pembelajaran peserta
didik. Televisi juga dapat menyajikan kejadian yang aktual dengan kondisi yang
nyata sehingga dapat memberikan informasi sesuai kejadian, seperti kejadian
Aceh, Solo, Irak, dan lain-lain.
TV sebagai produk perkembangan
teknologi yang lain, bagi masyarakat terutama dalam konteks pendidikan
anak-anak di dalamnya memiliki sisi negatif dan sisi positif. Menurut Martin
Leman sisi negatif dari TV bagi pendidikan anak yaitu:[12]
1. Ketidakmampuan
sorang anak membedakan dunia yang dilihat di TV dengan apa yang sebenarnya.
2. Anak
menjadi pasif, tidak aktif, dan tidak kreatif.
3. Anak
cenderung lebih gemuk, bahkan bisa overweight karena mereka biasanya menonton
TV sambil makan kudapan (cemilan), terus menerus tanpa terasa.
4. Menyebabkan
kecanduan dalam menonton TV menjadikan ana kuper (kurang pergaulan).
5. Mengakibatkan
menurunnya prestasi karena kurangnya waktu belajar gara-gara menonton televisi.
6. Dengan
adanya iklan-iklan TV yang bombastis menyebabkan tanpa sadar menanamkan
nilai-nilai konsumerisme dan bahwa kebahagiaan keluarga yang diperoleh diukur
dari kemampuan memiliki produk terbaru yang ditawarkan.
7. Efek
untuk orang tua yang malas menjadikan TV sebagai electronik baby sitter
akhirnya berkurang kedekatan anak dan orang tua.
Sementara
itu sisi positif dari TV pendidikan anak antara lain:[13]
1. Menambah
kosakata (vocabulary) terutama kata-kata yang tidak terlalu sering digunakan
sehari-hari.
2. Anak
dapat belajar tentang berbagai hal melalui program edukasi dari siaran
televisi. (masih sedikit)
3. Menambah
wawasan dan minat.
4. Mengenal
berbagai aktifitas yang bisa dilakukannya.
5. Mengetahui
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Film
pun ada yang bagus dan mendidik, mengajarkan hal baik, sikap baik , tentang
nilai kemanusiaan, nilai keagamaan dsb.(masih sedikit).
F. Peranan Orang Tua dan Guru Dalam
Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi
Setiap orangtua memiliki tanggungjawab
untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oeh sebab itu
hal-hal yang sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua
mengenai dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang
bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak
negatifnya, sudah sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan senjata untuk
mengantisipasinya.
Dari begitu banyak dampak yang diakibatkan
oleh tontonan televisi, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan oleh setiap
orang tua, yaitu:[14]
1. Pilih acara yang sesuai dengan usia
anak
Jangan biarkan
anak-anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya, walaupun ada acara
yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan
anak-anak (tidak ada unsur kekerasan, atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan
usia mereka).
2. Dampingi anak memonton TV
Tujuannya adalah agar
acara televisi yang mereka tonton selalu terkontrol dan orangtua bisa
memperhatikan apakah acara tersebut masih layak atau tidak untuk di tonton.
3. Letakan TV di ruang tengah, hindari
menyediakan TV dikamar anak.
Dengan meyimpan TV
diruang tengah, akan mempermudah orang tua dalam mengontrol tontonan
anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan,
karena kecendrungan rasa ingin tahu anak-anak sangat tinggi.
4. Tanyakan acara favorit mereka dan buntu
memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah
menonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana
dan positif. Acara yang bisa dilakukan misalnya hiking, tamasya, siraturahim
tempat sanak keluarg dan hal lainnya yang bisa membangun jiwa sosialnya.
5. Perbanyak membaca buku, letakkan buku
ditempat yang mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko dan perpustakaan
6. Ajak anak keluar rumah untuk menikmati
alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain.
7. Perbanyak mendengarkan radio, memutar
kaset atau mendengarkan musik sebagai mengganti menonton TV.
Menurut
Cece Wijaya, dkk. (1992: 150), evaluasi berikut digunakan sebagai awal
pertimbangan dalam menonton televisi, yaitu:[15]
1. Apakah
cerita televisi cukup baik?
2. Apakah
acara televisi memuat informasi yang akan membantu saya dalam kehidupan
sehari-hari?
3. Apakah
acara televisi disiarkan dengan baik?
4. Apakah
dikelola dengan baik?
5. Apakah
terasa menghibur?
6. Apakah
menggunakan bahasa yang baik, dan sebagainya?
7. Apakah
aktingnya baik?
8. Apakah
informasi yang disiarkan akan membantu dalam tugas sekolah?
9. Apakah
siaran diterima dengan jelas?
10. Apakah
tata busana dan tempat yang digunakan cukup baik?
Selanjutnya
Dr. Martin Leman (2000), memberikan panduan yang perlu dilakukan oleh orang tua
dalam pemanfaatan media TV bagi anak-anak, yaitu sebagai berikut:[16]
1. Orang
tua memilihkan acara yang menarik dan mendidik anak, sesuai usia.
2. Periksalah
jadwal acara TV, sehingga kita bisa mengatur jadwal film/ acara apa yang akan
ditonton bersama anak.
3. Perhatikan
acara apa yang mau ditonton dan perhatikan acara selanjutnya jangan sampai anak
terus menerus menonton televisi.
4. Dengan
menemani anak menonton TV, kita dapat mengajaknya menbahas apa yang ada di TV,
dan apa yang ada di TV tidak semua sama dengan apa yang sebenarnya.
5. Diskusikan
dan bantulah anak memperoleh manfaat dari acara TV, dengan menuntunnya
mengambil nilai positif dari acra tersebut.
6. Tidak
membiasakan anak menonton TV pada hari-hari sekolah.
7. Tidak
membiasakan menyalakan TV yang tidak ditonton lebih baik menyalakan radio.
8. Sebaiknya
lokasi TV di rumah diatur sedemikian rupa, agar tidak berdekatan dengan tempat
anak belajar.
9. Ajak
anak untuk melakukan banyak aktivitas lain, selain hanya menonton TV. Sesuatu
hobi yang lebih bermanfaat dan menjadikan anak aktif.
10. Hal
terakhir yang bisa dilakukan yaitu dengan menekan tombol off pada TV yaitu
mematikan TV.
G.
Penerapan
Media Televisi Dalam Pendidikan Agama Islam
Penyiaran
agama melalui televisi sudah dilakukan untuk pembinaan nilai-ilai keagamaan
sejak media tersebut muncul di Indonesia pada tahun 1976.[17]
Namun belum banyak yang diketahui mengenai hal-hal yang menyangkut dengan
keadaan tersebut, baik aspek isi atau materi siaran maupun minat masyarakat
untuk menonton siaran-siaran agama.
Seiring
berjalannya waktu, banyak acara televisi yang menyuguhkan acara-acara yang
dapat dijadikan sebagai media pendidikan agama Islam, baik dalam bentuk acara
dakwah, film, hiburan, dan lain-lain. Beberapa acara tersebut yang dapat penulis
rangkum diantaranya sebagai berikut:
1.
Wisata hati bersama Yusuf Mansur “Merajut Silaturrahim” di ANTV
Acara ini
bias diajarkan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada MA atau Mts. Standar
kompetensi yang bisa diterapkan dengan acara tersebut adalah memahami arti
penting silaturrahim. Sedangkan kompetensi dasar dan indicator yang hendak
dicapai diantaranya adalah siswa diharapkan dapat menyebutkan arti silaturrahim
dalam Islam, dapat menjelaskan arti penting silaturrahim sesame umat dan dapat
mengaplikasikan silaturrahim dalam kehidupan sehari-hari.
Acara
televise ini dalam pembelajaran bias diterapkan dengan menggunakan strategi
Penggunaan acara ini dalam
pembelajaran juga bias diletakan pada bagaian
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
A.
Saran
Di dalam makalah
ini, mungkin banyak sekali terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan
ataupun pengertian. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan meminta saran dan kritikan yang sifatnya
membangun, agar dapat menjadi perbaikan bagi penulis untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Azhar. 2003. Media pembelajaran. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Badjuri, Adi. 2010. Jurnalistik
Televisi, Yogyakarta: Graha Ilmu.
B. Uno, Hamzah. Laamatenggo, Nina. 2010. Teknologi Komunikasi & Informasi
Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hidayati, Arini. 1998. Televisi
dan Perkembangan Sosial Anak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Miarso, Yusufhadi, 2004. Menyemai
Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Onong Uchjana Effendy, 1984. ILmu Komunikasi Teori dan Praktiek, Bandung: CV. Remaja Karya.
Ummi Uswatul Khasanah
Ningsih. Pengaruh
Televisi Terhadap Anak. (2009: Artikel)
[1]
Hidayati, Arini. 1998. Televisi dan Perkembangan Sosial Anak,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. hal. 74.
[2] Badjuri, Adi. 2010. Jurnalistik
Televisi, Yogyakarta: Graha Ilmu. hal. 9.
[4] Ummi
[5] Ummi
[6] Ummi
[7] Ummi
[8] Ummi
[9] Arsyad, Azhar. 2003. Media pembelajaran. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. hal. 51
[10] Ummi
[11] Onong Uchjana Effendy, 1984. ILmu Komunikasi Teori dan Praktiek, Bandung: CV. Remaja Karya. hal.
90
[14] Ningsih. Pengaruh Televisi Terhadap Anak. (2009:
Artikel)
[15] Ummi
[16] Ummi
0 comments: